Pages

Sunday, August 30, 2009

PS St.Caecilia Ziarah Bulan Maria Mei 2009


-->
Catatan Perjalanan

PS Sancta Caecilia, Katedral, Jakarta
Ziarah Bulan Maria
Semarang, Sendangsono, Gubug Selo Merapi, Ganjuran, Rawaseneng
20 – 24 Mei 2009

Oleh : Agatha Sulistyowati


Ziarah PSSC (PS Sancta Caecilia) kali ini mengusung misi: “Menggugah Persaudaraan danSemangat Pelayanan melalui Kebersamaan”. Diadakan tepat pada bulan Maria, tanggal 20 – 24 Mei 2009, dengan rute perjalanan ziarah sebagai berikut: Semarang, Sendangsono, Gubug Selo Merapi, Ganjuran dan berakhir di Rawaseneng. Doa Novena untuk mempersiapkan perjalanan ziarah disusun oleh Ida, serta didoakan oleh seluruh anggota setiap hari Kamis dan Minggu (dilambungkan sebagai doa penutup pada tiap kali latihan PSSC). Dimulai hari Kamis, 23 April dan berakhir hari Minggu, 17 Mei. Novena hari kedua dipanjatkan pada Sabtu, 25 April, bertepatan dengan penyelenggaraan Cantate Domino XIII.

Sebelumnya telah diturunkan tim survei yang dipimpin oleh Mbak Fet dengan anggota-anggota:Andre, Riwi dan Eka. Mereka berkeliling Jawa Tengah dan DIY pada 07 – 09 Maret, untukmenentukan rute perjalanan ziarah yang terbaik bagi PSSC. Dan ziarah kali ini pun tetap dipimpin oleh “mbak tur leder”, yaitu Ibu Anastasia Fetria. Hidup Mak Fet!!! He…he…he….!!

Selama masa persiapan ditetapkan berbagai kesepakatan, salah satunya adalah pengaturan pembelianoleh-oleh. Hal ini dimaksudkan agar tidak mengganggu perjalanan ziarah dengan kesibukan beli oleh-oleh, yang bisa jadi sangat menyita waktu. Maka 'panitia' sudah membuat list daftar oleh-oleh yang dapat dipesan. Untuk di Semarang, ada pia “Kemuning”, lumpia Semarang, moci wijen “Gemini” dan kue lapis Surabaya “Briliant”. Sedangkan untuk di Yogya, ada bakpia coklat dan keju “Kurnia Sari” dan gudeg Yu Djum. Sedangkan untuk di Rawaseneng, ditawarkan kue-kue keringproduksi pertapaan (ada kaastengels, kue coklat, dll) serta kopi. Bravo dech buat mbak-mbak 'panitia'  (Riwi, Tika, Mbak Fet dan Eka) yang sepenuh jiwa raga heboh mencatat setiap pesanan dan mengurus pembelian oleh-oleh tersebut. Supaya
pada saat rombongan tiba di masing-masing 'titik', oleh-olehnya sudah siap ditenteng pulang.

Peserta ziarah yang tercatat dalam rombongan kali ini adalah 31 orang.

Sopran: Riwi, Tika, Wida, Sulis, Mia, Ida, Rose, Fetria, Jacq, Ike, Ona, Har.
Alto: Febrina, Eka, Arin, Ika, Dani, Marni, Dessi, Yohana.
Tenor: Brondong (eh…maksudnya Andreas….he…he…), Andre, Henry, Surya.
Bass: Agung, Rodney, Hardi, Ary, Her.

Peserta dari keluarga besar PSSC: Bapak dan Ibunya Henry.

Ditambah satu peserta istimewa: Gaby (bayi berumur 9 bulan, putri pasutri Mia dan Her)

Akhirnya, hari yang ditunggu tiba juga. Hari keberangkatan, Rabu, 20 Mei. Sebelumnya sudahdiwanti-wanti oleh Mbak tur leder agar peserta tidak datang terlambat. Jam 20.00 waktu Katedral,semua orang sudah harus berkumpul di ruang Filipus. Pukul 21.00, datang tidak datang, bus akan tetap berangkat (maafkan, bila kami terpaksa meninggalkanmu).

Wah, anggota Caecilia dengan wajah sumringah, lengkap dengan segala junjungannya, (berhubungbesar maka disebut junjungan, jika kecil jinjingan...he...he...he...!!) datang tepat waktu (mudah-mudahan demikian seterusnya pada saat hari latihan ya mbak-mbak dan mas-mas). Barang-barang bawaan sesuai dengan check list yang telah disusun, mudah-mudahan tidak ada yang terlupakan. Bantal, baju hangat dan selimut ada dalam daftar tentengan wajib. Sebelumnya sudah diberitahukan agar perlengkapan tersebut tak lupa dibawa, demi kenyamanan istirahat di dalam bus yang akanmenempuh perjalanan jauh. Gaby lebih lengkap lagi tuch bawaannya, ada ember, gayung Winnie thePooh, stroller, cooler box...wis...top markotop tenanlah mami papinya.

Di pelataran parkir Katedral, kami langsung disambut oleh bus Royal Platinum yang sudah mejeng manis disana. Awak bus yang akan mengantarkan kami berziarah adalah Pak Soleh sebagai kapten, didampingi oleh dua orang rekannya. Setelah memasukkan barang-barang ke bagasi, sambutan berikutnya dalam rupa paket Hoka-hoka Bento. Paket HokBen ini merupakan persembaha dariJacqueline yang berulang tahun tepat di hari itu. Makasih Jacq.....muah....muah....dah.....he....he...he...!! Ayooo...makan....makan....sambil menunggu teman-teman yang masih dalamperjalanan. Sembari makan tentunya tetap tak ketinggalan sesi foto-foto ria.Juga ngobrol seru plus cekakakan. Wuah....gara-gara cekakakan....langsung tetangga yang lagiberacara di ruang Petrus menongolkan diri dan menegur dengan penuh ke-be te-an, "Jangan tertawa terlalu keras, terutama para ibu-ibu." Duh, perasaan yang tertawanya kenceng itu Andre dan Hendridech, bukannya kaum wanita. Baru ketahuan nich, rupanya saat tertawa mereka berubah menjadi ibu-ibu ....he...he...he....pisss....man....pisss...!! Langsung dech, gaya ketawa berubah menjadi cekikikan,setelah dapet SP tsb. Rupanya ruang Petrus sedang digunakan untuk persekutuan doa....walah....walah....!!

Ketika Ibu Ketua datang, beliau mengajak semua peserta untuk bersungguh-sungguh menghayati perjalanan ziarah ini. Rupanya Ibu Ketua yang juga ibu dokter ini tidak ikut rombongan bus, karena masih ada jadwal jaga di rumah sakit. Kamis pagi (21 Mei) beliau akan menyusul dengan Lion Air (makasih buat Lia dan Lita yang sudah menemani dan mengawal Mbak Ika dalam perjalanan keSemarang). Sebelum berangkat, doa pun dipanjatkan, "Doa
Sebelum Keberangkatan" yang disusun satu paket dengan sembilan kali doa novena. Setelah itu ramai-ramai naik bus, pilih tempat duduk plus partner masing-masing. Pffff...untung busnya tidakpenuh, jadi aku bisa nge-tek satu bangku sendiri. Soalnya kesian banget yang bakal berbagi tempat duduk denganku. Bisa kebayang khan, bakal jadi apa dia setiba di Semarang... he...he...he...!!Wah....wah.... Mbak tur leder rupanya ng'ojek tho dari kampusnya di daerah Cilandak, demi tidak terlambat sampai di Katedral. Sebelumnya do'i harus presentasi dulu di kampus. Aha....akhirnya jadiberangkat juga.....horeeeee......!! Selamat tinggal Jakarta untuk empat hari ke depan.

Banyaknya orang yang mau liburan pada saat long week end, menyebabkan jalanan macet.Perjalanan yang diperkirakan akan ditempuh dalam 10 jam molor hingga 15 jam. Sekitar pukul 12.00 barulah rombongan Caecilia tiba di Susteran Penyelenggaraan Ilahi, Bongsari....hiks!! Mbak Ika yang berangkat pagi hari dari Jakarta pukul 10.05, malah sampai duluan tuch (makasih lagi buat Lita dan mami papinya yang sudah bersedia mengantarkan ketua Caecilia sehingga tiba dengan selamat diBongsari). Setelah bongkar barang dari bagasi, kami pun menuju kamar-kamar yang sudah disiapkanuntuk beristirahat. Acara berikutnya adalah makan soto Semarang yang sudah disiapkan.Wuah.....suedeppp tenan...lengkap dengan perkedel, sate kerang dan tempe kering, tak lupa es jeruk suegerrrr. Semua orang merasa tak cukup hanya makan satu mangkok, jadi rame-rame nambah. Maklumlah, semaleman di perjalanan dan tak sempet sarapan pula (eh salah....sarapan dikit dink....roti "Sari Roti"... he...he... he...). Konon Mia yang paling banyak nambah, sampe tiga mangkok besar (yang lain mangkoknya cilik-cilik). Betul begitu, Mia? Ya 'gak papalah biar ASIperahannya banyak....he...he...he....!! Kata Mbak Fet, penjual sotonya (Mas Benny) merasa senang,semua orang makannya nambah. Dia bilang, "Konco-koncomu maem'e ndemenak'ke, Fet."He...he...he....ndemenak'ke opo rakus yo Mas? Sampe-sampe Mas Benny mau ikut misa sore di Gedangan loch, katanya mau denger'in, kayak apa sich kor yang anggotanya makannya banyak-banyak itu, kalo nyanyi....ha...ha...ha....!!

Setelah makan, aku dan Ida sempet melihat-lihat seputaran kompleks susteran (diantarkan oleh suster  yang menyambut rombongan kami, tapi aku lupa namanya tuch....maaf ya, Suster). Kami mengunjungi suster-suster oma yang sakit/jompo, yang tinggal di rumah depan. Sayang, waktu itu waktunya mereka beristirahat, sehingga kami hanya bisa bertemu dan menyapa beberapa suster saja.Rupanya di kompleks susteran itu ada juga klinik bersalin dan tempat penitipan anak. Karena pukul 15.00 kami sudah harus pamit dari susteran untuk menuju Gereja Gedangan, maka kami pun berganti-gantian mandi. Sempet leyeh-leyeh sebentar meluruskan punggung, tapi tidak bisa tidur.Malah menonton Gaby yang berguling-guling saat akan dipakaikan baju oleh papinya, setelah mandi. Rose sibuk mengabadikan Gaby dalam berbagai pose....he...he...he....!! Melihat papi maminya Gaby heboh, maka kami pun tak tega diam saja. Ada yang bantu gendong'in Gaby, bantu beres'in botolsusunya, bawa'in embernya....pokoknya kerja sama yang mengharukan lah....sebagai sesama rekan seperjuangan di Caecilia...he..he..he...!!

Pukul 15.00, kami pamit kepada suster, menuju ke Gereja Santo Yusuf, Gedangan, Semarang untukbertugas dalam misa Hari Raya Kenaikan Tuhan Yesus, pada pukul 17.30 WIB. Sekilas info, gereja ini sudah berusia 200 tahun pada Desember 2008 lalu. Setelah photo session di depan gereja, kami bersiap-siap bertugas. Vokalisi dan latihan sebentar di balkon gereja, sambil ngetest orgel tuaproduksi tahun 1825. Konon jumlah orgel tipe tersebut yang tersisa hanya tinggal tiga di dunia. Orgel itu juga sudah 16 tahun tidak dimainkan karena jarang ada orang yang bisa memainkannya. Terimakasih kepada Mbak Maria Silabakti yang sudah mengiringi nyanyian kami dengan orgel keren itu. Tugas berjalan baik. Mas Ary bermazmur dengan mantab (pake "b" nich Mas...he...he...he...!!) Pas banget gaya Jawanya, "Allah telah naik diiringi sorak sorai. Tuhan mengangkasa diiringi bunyi sangkakala." Lagu pesanan romo paroki St. Yusuf, Gedangan, Rm. Karl Theodor Wolf, SJ, yaitu "Panis Angelicus" dibawakan dengan sangat merdu oleh solis Caecila yang juga selebritis ibukota,Rozana Unsulangi (Ona)....he....he...he....!! Sebelum berkat penutup, Rm. Wolf menjelaskan kepadaumat bahwa PS St. Caecilia yang bertugas dalam misa tersebut, jauh-jauh datang dari Jakarta untuk melakukan ziarah ke beberapa tempat. Romo mengharapkan Caecilia sering-sering saja berziarah, sehingga bisa kembali bernyanyi di Gedangan....he....he....he...!!

Rupanya yang selebritis bukan cuma Ona loch. Sulis juga punya fans-fans yang bela-bela'in datangke Gedangan untuk mendengarkan kor Caecilia 'mentas'. Ada seorang sahabat yang sengaja datang dari Magelang, membawa kedua anaknya yang juga merupakan anak-anak baptisku (makasih ya Niek, udah dengan sepenuh niat mempertemukan Odilia dan Rorra dengan Tante Ie-ie-nya.....he....he....he....!!) T'rus Lita juga datang bersama keluarga dan teman-teman membawakanlumpia Semarang pesananku (thank's dear). Sehabis misa, photo session lagi di altar gereja. Di tengah-tengah berfoto ria, terdengar dari balkon suara orgel membunyikan lagu Haec Dies. Langsung dech....komunitas orang-orang yang banci nyanyi ini menyanyi dengan penuh semangat Haec diesquam fecit Dominus, exultemus et laetemur in ea, alleluya, alleluya. Nyanyi sambil difoto....teteub.....he....he....he...!!

Selesai berfoto, kami menuju ke aula paroki. Disana Rm. Wolf dan dewan paroki sudah menyediakan  hidangan makan malam untuk kami. Sebelum mulai makan ada sedikit acara ramah tamah antararomo, dewan paroki dengan kelompok PSSC yang diwakili oleh ibu ketua dan ibu pelatih plus dirigen Caecilia. Ibu yang mengetuai bidang kor di Gedangan menyampaikan penghargaannya. Katabeliau, misa hari raya Kenaikan Tuhan Yesus tadi betul-betul terasa meriah, seperti betul-betul tengah berpesta diringi paduan suara malaikat surgawi....plok...plok...plok...!! Si Ibu juga menyatakankekagumannya atas jumlah anggota paduan suara ini yang cukup banyak dan berisi anak-anak muda. Ketika ditanyakan kepada Mbak Ika, apa resepnya.....Mbak Ika hanya tersenyum *sedikit bingung*, bagaimana harus menjawabnya yach? (pasti dalam hatinya berduka, "Duh, coba dech Ibu datang saatkami latihan hari Kamis"....he...he....he....!!) Tapi memang bolehlah salut dengan semangat kita semua, yang sudah semalam setengah hari dalam bus, kurang tidur dan istirahat, namun tetap berusaha bertugas dengan sebaik-baiknya. Terima kasih Tuhan, yang telah memberikan kekuatan dan semangat kepada kami. Terimalah pujian dan persembahan kami.

Sebelum hari bertambah larut, kami harus pamit, untuk melanjutkan perjalanan ke titik ziarah yang kedua, yaitu Sendangsono. Perjalanan menuju ke tempat tersebut kami tempuh selama kurang lebih tiga jam dari Semarang. Setiba di Sendangsono, kami dijemput oleh angkot-angkot yang sudah dipesan tim survey sejak bulan Maret, yang akan membawa kami ke penginapan Ibu Sutiman, yang letaknya di belakang Gua Maria Sendangsono. Setelah meletakkan barang-barang bawaan, kamilangsung bersiap-siap ke gua untuk jalan salib dan doa rosario.

Di tengah malam buta, mulailah kami melakukan ibadat jalan salib singkat yang dipimpin secarabergantian oleh Ida, Fetria dan Sulis. Setelah doa pembukaan, Andre dimintai tolong untuk memimpin lagu yang akan menghantar kami semua ke perhentian pertama. Suara tenor Andre pun mantap membelah kesunyian malam, diikuti semua peserta, "Mari kita merenungkan, Yesus yang menjadi korban, k'arna cinta kasih-Nya." Tapi...loch....loch....kayaknya ada yang 'gak pas dech *garuk-garuk kepala*....apa yach?!?! Olala.....ternyata Andre menyanyikannya dengan nada lagu Puji Syukur No. 480 (Mari Kita Merenungkan). Pantesan....koq kayaknya syairnya kurang sebaris?Karena dalam lagu No. 480 syairnya memang ada empat baris, "Mari kita merenungkan, penebusan umat Tuhan. Meresapkan dalam hati, cinta kasih Ilahi" (bukan tiga baris seperti lagu jalan salib). Wah....wah....sebagai tim penyusun, penyunting dan editor, Ida dan Sulis langsung dech menjadi tertuduh utama telah melakukan kesalahan dalam mengetik. Akhirnya jalan salib tengah malam itupun diwarnai senyum-senyum geli dari para Caecilians. Ketahuan nich, Andre jarang jalan jalib....he...he...he...!! Ya maklumlah ya nDre, tengah malam gitu khan rohnya belum ngumpul, udah gitu....nyuruh nyanyinya langsung nodong lagi.... kagak pake persiapan....jadi yang ada dalam ingatan ya itulah yang dibunyikan....ha...ha....ha......!!

Selesai jalan salib, kami berkumpul di depan gua, mendaraskan doa rosario yang dipimpin olehBrondongnya para tante. Setelah rosario bersama, ada beberapa orang yang langsung menuju ke penginapan untuk beristirahat. Namun banyak juga yang masih bertelut dalam doa pribadi, memohon penyertaan Sang Bunda dalam tiap langkah kehidupan di dunia ini. Sehabis berdoa, aku dan Idamembeli jirigen plastik ke toko terdekat untuk mengambil air sendang. Kami pun mengisi jirigenmasing-masing dengan air sendang, setelah itu barulah kami menuju ke penginapan.

Setiba di penginapan Ibu Sutiman, kami mendapati tiga dipan kayu besar dan panjang. Dipan yang di depan untuk para pria, sedangkan dua yang di dalam untuk para wanita. Satu dipan untuk ibu-ibu sudah terisi. Mereka yang tidur di dipan tersebut sudah pulas kelelahan. Tinggal tersisa satu dipan lagi. Tapi....loch....koq ibu-ibu yang belum tidur masih banyak yach?!?! Cukupkah semuanya ditampung dalam satu dipan?!?! Ya wis lah, cukup 'gak cukup, harus cukup...he...he...he...!! Akhirnya dipan yang tersisa itu bermuatan berat, karena disana ada Riwi, Tika, Eka, Arin, Widha, Sulis, Gaby, Mia, Ida dan Rosi. Mana si Gaby tidur di sebelah aku lagi....wuah....ciloko mencit khan kalo diaketindihan Tante Sulis...?!?! Apa kata dunia?!?! Ha...ha...ha...ha....!! Tadinya aku sudah mengusulkan ke sang mami, agar Gaby dipindah ke sebelah Tante Ida saja (kayaknya bakal lebih aman khan?!?!).Tapi Mami bilang, "Gak apa-apa koq, disebelah Tante Sulis aza." Baiklah....pasti malaikat Gaby akan  berjaga dengan baik sepanjang dia tidur....wong waktu tidurnya juga tidak lama, hanya sekitar dua hingga tiga jam saja.....he...he...he...!! Oh....ternyata masih ada Ike, Febrina dan Ona yang belum mendapat tempat untuk tidur. Febrina akhirnya bisa nyempil di "kapal" seberang, Ona.....tidur di bangku kayu panjang, Ike....entahlah dia tidur atau tidak?!?! He....he....he.....!!

Bangun.....bangun.....pagi sudah tiba....!! Setelah mandi dan membereskan barang-barang, kamipun bersiap pamit kepada Ibu Sutiman. Sedikit cerita tentang Ibu Sutiman. Ternyata, Sabtu (16 Mei) Bapak Sutiman baru saja dipanggil Tuhan...hiks....hiks....!! Turut berduka cita ya, Bu, semoga Tuhanmenganugerahkan istirahat kekal bagi jiwa Bapak Sutiman, serta penghiburan bagi Ibu dan keluarga.Saat minggu sebelumnya Riwi telfon ke Sendangsono untuk mengecek kesiapan angkot yang akan menjemput kami, dia mendengar kabar sripah tersebut. Jadilah di pagi itu langsung kami mengedarkan kresek mengumpulkan sumbangan duka untuk Ibu Sutiman. Walaupun sedang diliputidukacita atas kepergian suaminya, Ibu Sutiman tetap menerima kami dengan sepenuh hati dan keramahan. Terima kasih, Ibu. Tuhan
memberkati.

Di depan penginapan sudah siap tiga angkot kecil yang akan membawa kami kembali ke bus. Dalam angkot yang kunaiki seingatku ada Ida, Mas Ari, Andre, Mbak Ika, Riwi, Tika, Brondong, Rosi. Di angkot tersebut, kami meledek Andre tentang kejadian salah nyanyi dalam jalan salib semalam, sambil tertawa seru. Kata Mas Ari, "Lha iyo, tiwas aku wis manteb melu nyanyi bareng Andre, jebul'e salah!" Ha....ha....ha....ha....ha.....!! Saru = salah ning seru.

Dari Sendangsono, bus melaju membawa kami ke titik ziarah yang ketiga yaitu Gubug Selo Merapi.Sesampainya di Susteran Sumber, Merapi, kami langsung berbagi kamar dan sarapan. Setelah itu kami berkumpul di depan susteran untuk memulai misa alam yang akan dipimpin oleh Rm. V. Kirjito Pr. Romo meminta kami menyanyikan satu lagu sebagai lagu pembukaan misa alam tersebut. Kamipun menyanyikan "Bapa, Engkau Sungguh Baik", dilanjutkan dengan pembacaan nats Kitab Suci oleh Rm. Kir dari Kitab Kejadian 1:1-10. Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air. Berfirmanlah Allah: "Jadilah terang." Lalu terang itu jadi. Allah melihat bahwa  terang itu baik, lalu dipisahkan-Nyalah terang itu dari gelap. Dan Allah menamai terang itu siang, dan gelap itu malam. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari pertama. Berfirmanlah Allah: "Jadilahcakrawala di tengah segala air untuk memisahkan air dari air." Maka Allah menjadikan cakrawala dan Ia memisahkan air yang ada di bawah cakrawala itu dari air yang ada di atasnya. Dan jadilah demikian. Lalu Allah menamai cakrawala itu langit. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari kedua Berfirmanlah Allah: "Hendaklah segala air yang di bawah langit berkumpul pada satu tempat, sehingga kelihatan yang kering." Dan jadilah demikian. Lalu Allah menamai yang kering itu darat, dan kumpulan air itu dinamai-Nya laut. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.

Romo mengajak kami merenungkan pentingnya air dalam kehidupan manusia. Kata Romo, walaupun  diberi judul "misa alam" tetapi kami tetap diperbolehkan berbicara, bertanya dan tertawa di sepanjang perjalanan. O ya, sebenarnya Romo sudah menyiapkan satu mobil untuk Her, Mia dan Gaby, tetapi rupanya mami dan papi Gaby dengan penuh semangat ingin ikut berjalan kaki ramai-ramai saja.Hebat!!! Salut, buat Her dan Mia yang begitu berniat memberikan pengalaman positif sebanyak-banyaknya untuk putri mereka.

Kamipun mulai berjalan menyusuri jalan aspal di kawasan Sumber. Lumayan jauh juga perjalananini. Melewati jalan berliku-liku, serta menyusuri sungai yang mengalirkan air sampai di kawasan tuk (sumber air) yang tak pernah kering saat musim kemarau panjang. Kami menikmati sungai yang jernih dan belum diotak-atik oleh manusia. Belajar dari air, mengenal air dan berusaha memahami air. Lewat keberadaan air yang melimpah di Lereng Merapi ini, kami diajak masuk ke dalam“kedahsyatan” air hingga misteri atau segala pertanyaan yang tak terjawab atas keberadaan air. Tentu saja air itu ada karena Tuhan yang Maha Kuasa. “Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air,”  demikian dikatakan dalam Kitab Kejadian bab 1:2. Allah dengan air sangat dekat. Kehidupan jugasangat dekat dengan air. Romo Kirjito membimbing kami untuk merasakan kehadiran Tuhan yang nyata dalam keberadaan air dan seluruh rantai kehidupannya. Ditengah-tengah hamparan sawah yanghijau, Romo memberi kesempatan pada kami untuk menyuarakan syukur kami melalui nyanyian.Maka lagu 'Give Thanks' pun mengumandang ditingkahi suara angin yang semilir.

Di salah satu sumber air yang kami temui dalam perjalanan (yang disebut Pancuran Kajangkoso),Romo mengajak kami berhenti sejenak. Lalu meminta kami satu persatu membasuh muka sambil membayangkan Tuhan yang begitu mengasihi kita. 'Festival' cuci muka itu dilakukan dalam suasana doa. Sebelum membasuh muka, kami membuat tanda salib terlebih dahulu. "Setelah itu basuhlah muka kalian sambil membayangkan tangan Tuhan yang sedang menyentuh dan mengusap wajahmu melalui air tersebut", begitu instruksi dari Romo. Sebagai penutup acara pembasuhan muka, kamidiminta mendoakan seseorang yang kami sayangi. Aku membasuh mukaku sambil membayangkan Tuhan yang tiada henti-hentinya melimpahkan kasih-Nya kepadaku. Setelah itu aku mendoakanseseorang yang selama ini selalu ada di hati dan pikiranku, yang namanya senantiasa kusebut dalamtiap doa yang kupanjatkan. "Ya Tuhan, lindungilah dan jagalah dia selalu. Ampuni aku yang selama ini telah sering membuatnya 'terluka'. Balutlah 'luka' itu dengan tangan kasih-Mu yang perkasa. Amin."

Dalam perjalanan, kami sempat mampir ke Padepokan Seni "Tjipta Boedaja" yang didirikan oleh (alm) Yoso Sudarman sejak tahun 1937. Terletak di Dusun Tutup Ngisor, Desa Sumber, Kecamatan Dukun. Padepokan tersebut saat ini dipimpin oleh Bapak Sitras Anjilin (putra Bapak Yoso Sudarman). Menurut keterangan, Yoso Sudarman adalah tokoh seni, guru seni, pencipta gending danberbagai peralatan seni. Filosofinya, “Urip iku aja pisan-pisan ninggalke seni” (hidup itu janganmelupakan seni), demikian Pak Sitras menirukan pesan ayahnya. Pak Sitras juga memberikan penjelasan mengenai kegiatan-kegiatan yang dilakukan di padepokan tersebut. Di panggung padepokan ini, kami diberi kesempatan untuk 'tampil'. Maka kami pun menyanyikan 'Panis Angelicus', mumpung ada mbak solis....he...he...he....!!

Dari padepokan, kami melanjutkan perjalanan ke Gubug Selo Merapi, Lor Senowo. Di kapel St. Petrus Kanisius, kami melanjutkan misa. Romo memberi kesempatan pada siapa saja yang ingin berbagi pengalaman tentang perjalanan ini. Diantara teman-teman yang sharing, ada maminya Gaby yang mengungkapkan perasaannya sepanjang ikut serta dalam ziarah ini. Dengan sedikit terharu, Mia  berkata, dia menemukan banyak sekali 'Simon-Simon dari Kirene', yang siap dan sigap menolongmemanggulkan 'salib'nya. Ada om yang bawa'in ranselnya sepanjang perjalanan, lalu ada para tante yang bergantian momong Gaby disaat mami papinya sedang sibuk dengan berbagai macam hal. Bahkan disaat si tante-tante ini lagi heboh bengesan (baca: lipstikan) dan bikin alis (biar mukanya 'gak kayak tuyul ya, Tik?!), para om juga tak keberatan mendorong-dorong Gaby dengan strollernya.Mendengar sharing Mama Gaby tentang 'Simon dari Kirene' yang katanya banyak dia temui dalam kelompok ini, aku pun mencoba berefleksi mengenai arti penting sebuah komunitas. Komunitas yangsenantiasa menjadi penguat kita. Disana hadir banyak 'tangan' dan 'kaki' serta hati yang penuh cinta, yang siap menyertai setiap langkah hidup kita.

Peserta sharing berikutnya adalah papanya Hendri. Beliau berkata, sepanjang mengikuti perjalananziarah bersama PS St. Caecilia, beliau merasa kagum terhadap kelompok ini. Kelompok yang terdiri dari anak-anak muda yang penuh semangat. Semangat dalam menyanyi, semangat dalam melayani. "Tidak seperti kor-kor lain yang kebanyakan terdiri dari orang-orang tua", tambahnya. Mbak Ika pun tersenyum simpul mendengar komentar tersebut .... he... he... he....!! Amin....amin....aminPak.....doakan semoga kelompok ini tetap setia dalam jalur pelayanan.

Selesai misa, kami mendapat berkat jasmani yang biasa disebut 'nasi doa'. Saat membuka bungkusan daun 'nasi doa', banyak diantara kami yang kebingungan, "Lho kok isinya cuma nasi putih yak? 'Gak ada lauknya gituch?" Ternyata, si lauk bersembunyi di tengah-tengah nasi. Wuah...setelah menempuh  perjalanan yang cukup jauh.....menyantap 'nasi doa' yang hangat dan gurih itu......maknyusssstenaannnnn....he...he...he....!! Dari GSM untuk balik ke susteran, sebagian dari kami diangkut oleh angkot pedesaan. Ada insiden antara Tika dan Agung yang tarik-tarikan resleting di angkot. Entahlah,  resleting Agung yang bagian mana yang ditarik-tarik sama Tante Tika....he....he.....he......!! Ternyata, kalo 'gak ada Brondong, Agung pun jadi ya, Tan.....ha....ha.....ha....!!

Sepanjang siang hingga sore itu, kami lanjutkan dengan acara istirahat di susteran. Tak lupa latihan untuk mempersiapkan penampilan pada pentas seni bersama penduduk, malam harinya. Pentas seni akan diadakan di Stasi Juwono, salah satu stasi yang ada di lereng Merapi. Di luar perkiraan Rm. Kir, si bus Royal Platinum ternyata tidak dapat melewati jalanan kecil menuju ke
tempat acara. Akhirnya kami semua turun dan berjalan kaki ramai-ramai dalam kegelapan malam. Rm. Kir sudah jalan terlebih dahulu dengan mobilnya seraya mengangkut Gaby dan keluarga. Rombongan pejalan kaki dipimpin oleh Arin dan Rodney, yang dengan pe de-nya terus saja berjalan sambil bergandengan tangan. Maklumlah.....sepanjang ziarah ini mereka ada sessi foto pre-wed tersendiri, jadi mau arah jalannya belok kanan atau belok kiri, kagak
penting lagi....yang penting berdua....yiukssss....he...he...he...!!

Ditengah-tengah kebingungan, "Bener 'gak ya...tadi mobil Romo beloknya kesini?"...tiba-tiba dari arah berlawanan muncul mobil bak terbuka. Kata pak sopir, beliau diutus Rm. Kir untuk menjemputkami. Akhirnyaaaa.....beramai-ramai kamipun (kaum remaja putri) naik ke mobil tersebut...untek-untekan. Wuah...seru banget... !!! Mustinya masuk infotainment nich. Artis ibukota, Mbak Rozana Unsulangi naek mobil bak terbuka di malam yang gelap.... he...he...he...!!

Setiba di Kapel Stasi Juwono, kami disambut dengan hangat oleh penduduk setempat. Sambutanyang sungguh tulus dan penuh suasana kekeluargaan. Bener-bener damai di bumi, damai di hati....he...he...he....!! Acara pentas seni malam itu disiarkan langsung oleh radio komunitas yaitu DRR Merapi, 107.7 FM. PS St. Caecilia tampil bergantian dengan paduan suara dari Juwono. Padasaat mendengar mereka nembang (menyanyi dalam bahasa Jawa), kata Mas Ari, "Serius akumerinding. Aku sendiri orang Jawa, tapi gak pernah melakukannya......" Pada kesempatan tersebut,Caecilia mempersembahkan lagu Sicut Servus, Ubi Caritas dan Ride the Chariot. Sempet juga para penyanyi Caecilia didaulat untuk maju dan menyanyi bersama dengan umat Juwono. Adalah Agung, Tika, Eka, Dani, Rodney dan Andre yang dengan penuh semangat memenuhi undangan tersebut, ikut bernyanyi 'Bumine Goyang' bersama mereka. Keren bangetttt, begitu beberapa anak Caecilia ikutan manggung bersama kor Juwono, lagu 'Bumine Goyang' langsung dinyanyikan pica ampat *ya NDre?!?!*.... he...he....he.....!!

Malam pun kian menjelang, tibalah waktunya untuk berpisah. Lagu 'nDerek Dewi Mariyah' menjadilagu penutup yang dinyanyikan secara bersama-sama, baik oleh umat Stasi Juwono maupun anggota kor St. Caecilia, dalam suasana yang hangat dan akrab. "Rasa persaudaraan yg tulus sungguh terasa. Tanpa motivasi apa pun. Itulah berkesenian yang membangkitkan dan mencerahkan", kata Andre."Pada saat nyanyi lagu tersebut, kata-kata hampir gak keluar. Aku motret sambil gemeter...dua latarbudaya dipersatukan lagu itu.......Puji Tuhan", Mas Ary menambahkan. Lagu 'nDerek Dewi Mariyah' menjadi lagu wajib dalam ziarah tersebut.....theme song gitulah....he...he...he....!! Dimanapun dan kapanpun, lagu tersebut selalu kami nyanyikan. Walaupun jika sedang tidak pegang teks, terkadang terbalik-balik menyanyikan kalimat-kalimat ayatnya. No problem....yang penting menyanyi dengan hati yang penuh cinta.....ha...ha...ha....!! 

Keesokan paginya kami bersiap-siap check out dari Susteran Sumber. Setelah pamit kepada parasuster dan Rm. Kir, kami langsung naik kembali ke atas bus yang akan membawa kami menuju titik ziarah berikutnya, yaitu Candi Hati Kudus Yesus, Ganjuran. Oo ow....ternyata hari itu Jeng Arin ulang tahun. Selamat ulang tahun, Jeung!!! Ucapan selamat dari teman-teman Caecilia ternyata harusdijemput satu persatu oleh Arin (jemput bola nich, judulnya.... he...he...he...!!) Maksudnya, Arinharus berjalan dari satu teman ke teman yang lain untuk menerima ucapan selamat dan ciuman.......panjang umur, sehat dan sejahtera selalu, Arin.

Setiba di Ganjuran, kami langsung gelar tikar dan berkumpul di depan Candi Hati Kudus. Doakepada Hati Kudus Yesus pun kami daraskan, dipimpin oleh Dessi. Setelah berdoa bersama, ada juga  kesempatan untuk mendoakan ujub-ujub pribadi, mengambil air dan berbelanja. Namun karena waktunya sangat terbatas, maka yang belanja pun dikejar-kejar oleh mbak-mbak 'panitia' agar segera menyudahi kegiatan belanjanya. Dengan toanya, Andre berseru, "Panggilan kepada Brondong, sudah ditunggu para tante di dalam bus." He...he...he...!! Andreas sempet mengeluh begini, "Lama-lama semua orang akan lupa pada nama asliku, karena tahunya namaku Brondong." Duh, yang curhat,mesak'ke tenan....!! Itu panggilan kesayangan untukmu, Brondong (teteub).....ha....ha....ha.....!!

Dari Ganjuran, kami meluncur ke Yogyakarta. Dalam perjalanan menuju ke Yogyakarta, ada sedikit insiden. Di tengah jalan Jeng Eka diturunkan untuk mengambil pesanan bakpia para Caecilians. Dengan 27 box bakpia ditenteng di tangan, Eka melangkah tertatih-tatih mengejar bus. Tapi....hiks....hiks....*kayak adegan di pelem-pelem* kira-kira hanya kurang 10 m lagi Eka dan tentengannya nyampe di bus...eh....lampu lalu lintasnya berganti menjadi hijau. Cilaka....bus-nya harus jalan dech. Jadi bus-nya 'gak kekejar oleh Eka dech.... *dramatis dan miris*.... Maka Eka pun terpaksa menyusul bus dengan mbecak...eh....naek becak,
maksudnya....he...he...he...!! Sayang sekali, 'gak ada seorang pun yang sempet mengabadikan momentersebut dengan kameranya. Semua orang terpana melihat adegan yang mengharukan.com itu. Piiiisssss.....Ka.....kotoz-kotoz banget dah liat kamu ngejar-ngejar bus dengan segerobak bakpia *sedikit hiperbola*.....he...he...he...he....!!

Setiba di kota Yogyakarta Berhati Nyaman, bus memarkirkan diri di Taman Parkir Abu Bakar Ali. Para penumpangnya langsung dibagi menjadi tiga kloter belanja, dibawah pimpinan Eka, Riwi dan Tika. Beramai-ramai mereka menujuke Mirota Batik dengan naik andong. Mbak Fet, Ona, Sulis, Dessi dan Mbak Har, 'gak ikut belanja. Nunggu'in bus-nya, takut ilang...he...he...he...!

Waktu belanja hanya dibatasi 1 jam saja. Selesai 'gak selasai, harus dikumpulkan. Biarpun cuma 1 jam, ternyata ibu-ibu itu banyak juga loch menenteng tas Mirota Batik....hebattttt....!! Tante Tika membawa cerita riang, katanya, di atas andong sepanjang perjalanan menyusuri Malioboro, dia dipersatukan dengan Brondong. Andongpun menjadi saksi.... he...he...he...!! ! Siang itu menu makannya adalah gudeg Yu Djum yang sudah dipesan jauh-jauh hari sebelumnya. Nyammm....enak tenannn...!!

Dari Yogya, perjalanan dilanjutkan menuju titik ziarah terakhir, yaitu Pertapaan Santa Maria, Rawaseneng. Di Rawaseneng, kami mengadakan audiensi singkat dengan Rm. Athanasius OCSO. Rm. Athan menjelaskan tentang kehidupan membiara dalam biara trappist. Disampaikan juga syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi seorang calon rahib. Duh, pastilah si Tante Tika dalam hati   berdoa tanpa kunjung putus, "Ya Tuhan, jangan panggil Brondong-ku menjadi calon rahib yaaa....!!" He.....he.....he.....!! Setelah audiensi, kami mengikuti misa kudus di dalam kapel pertapaan. Kapel yang selalu membuatku rindu jika sudah lama tidak berkunjung kesana. Di dalam kapel, kami melihat  deretan para rahib, dengan jubah putihnya. Selesai misa, kami menyantap makan malam dalam box yang telah disediakan. Acara heboh berikutnya adalah belanja di toko pertapaan. Beli kue kering produksi para frater di pertapaan, kaos dan lain-lain. Kagak ada matinye dah....kalo disuruh belanja....seng ada lawan......he....he....he.....!!

Saatnya pulang, teman-teman......!!! Dalam guyuran hujan deras, bus kami pun meninggalkanpertapaan. Berakhir sudah rangkaian perjalanan ziarah bulan Maria ini. Sampai jumpa dalamperjalanan ziarah berikutnya *mudah-mudahan jadi nyampe ke Eropah yach*....ha...ha...ha....!!

Ahaaa.....akhirnya selesai juga catatan perjalanan ini. Setelah bergulat dengan berbagai hal, ya kesibukan pekerjaan, kegiatan kepo dan tentu saja, kemalasan....he...he...he...!! Harapanku.. semoga catatan ala kadarnya ini bisa menjadi kenang-kenangan dalam perjalanan PS St. Caecilia. Catatan ini kupersembahkan untuk semua teman-teman tercinta di Caecilia. Terima kasih....buat kebersamaan dan persaudaraan yang telah terjalin selama satu tahun umurku di Caecilia. I love you all.....full....ha...ha...ha....!!


KAMI KOMPAK CAECILIA JAYA!!!

No comments: