Pages

Thursday, January 28, 2010

VITA SANTA CAECILIA

Santa Caecilia adalah seorang perawan dan martir, pelindung musik gereja, yang dimartir di Roma sekitar abad III. Santa Caecilia sering dimuliakan di dalam karya seni agung dan puisi, dan merupakan salah seorang martir Kristen kuno yang sangat dihormati. Catatan sejarah tertua tentang Santa Caecilia diketemukan di dalam Martyrologium Hieronymianum (catatan daftar para martir yang ditulis oleh Santo Hieronimus). Melalui catatan ini kita dapat mengetahui bahwa pesta dari Santa Caecilia telah dirayakan di gereja Roma dan gereja Byzantium pada sejak abad IV, yang di dalam Gereja Timur namanya menjadi Santa Kikilia dari Roma.

Pesta nama Santa Caecilia di dalam catatan Santo Hieronimus ini dirayakan di dalam beberapa tanggal yang berbeda. Salah satunya tanggal 11 Agustus, yaitu pesta Martir Santo Tiburtius. Hal ini di kemudian hari diketahui sebagai suatu kesalahan karena Pesta Santo Tiburtius yang dimakamkan di Katakombe Via Labicana sering tertukar identifikasinya dengan Santo Tiburtius ipar Santa Caecilia yang namanya dicantumkan di dalam Vita Kemartiran Santa Caecilia (Vita : adalah bahasa latin untuk riwayat, Gereja sering meriwayatkan kehidupan para orang suci di dalam bentuk literatur yang biasa dinamakan Vita). Juga ada kemungkinan ada seorang martir Roma lainnya yang juga bernama Caecilia yang kebetulan juga dikuburkan di katakombe Via Labicana. Tetapi di dalam akta Martyrologium Hieronymianum, Santa Caecilia dirayakan tersendiri pada tanggal 16 September, dengan Noktah Appia Via in Eadem Urbe Roma Natale et Pasio Santae Ceciliae Virginis. Catatan ini membuktikan tanggal saat martir suci ini dikuburkan di katakombe Kallistus.

Pesta Santa Caecilia masih dirayakan secara besar di Gereja Santa Caecilia di Kuarta Trastevere di Roma pada tanggal 22 November sampai hari ini. Perayaan tanggal 22 November dapat ditelusuri pada gereja ini. Pada petunjuk-petunjuk lokasi katakombe martir-martir Romawi menyatakan bahwa kuburan Santa Caecilia terdapat di katakombe jalan Appia bersebelahan dengan kuburan-kuburan dari para Uskup suci dari abad III (Prof. De Rossi, Roma Sotterranea hal 180-181). De Rossi menunjukkan bahwa kuburan Santa Caecilia yang terdapat pada katakombe Kallistus bersebelahan dengan sebuah kapel (dan kuburan) dari para Paus; sebuah tempat kubur di dalam dinding yang diketemukan kosong. Kemungkinan tempat tersebut berisi peti relikwi dari tulang-tulang Santa Caecilia. Terdapat beberapa lukisan fresco di dalam katakombe tersebut yang menggambarkan seorang wanita yang didandani sebagai wanita kaum berada bersebelahan dengan Paus Santo Urbanus. Di dalam vita kemartiran Santa Caecilia diceritakan hubungan rohani yang amat dekat antara Paus Santo Urbanus dan Santa Caecilia.

Gereja Santa Caecilia yang disebutkan di atas dibangun pada awal abad IV dan masih terjaga sampai sekarang keutuhannya. Disebutkan bahwa gereja yang selesai pada abad V didedikasikan kepada seorang Santa yang dikuburkan di katakombe Via Appia. Hal ini juga dinyatakan di dalam Konsili Romawi tahun 499 dengan Noktah Titulus Santae Caeciliae (Mansi, Coll, Comc. VIII, 236). Kebanyakan gereja-gereja kuno di Roma merupakan hadiah dari Santo-Santa yang namanya dipakai oleh gereja tersebut. Bisa dikatakan bahwa gereja Roma berhutang gereja ini kepada kemurahan hati Santa Caecilia sendiri. Pada penyelidikan untuk mendukung teori ini, diketahui bahwa tanah dimana bagian tertua dari katakombe Kallistus ini didirikan merupakan warisan dari keluarga Santa Caecilia sendiri dan tanah ini oleh ahli waris keluarga Santa Caecilia disumbangkan kepada gereja Roma. Walaupun nama Santa Caecilia tidak tercantum di dalam kalender pesta gereja awal abad IV (Depositio Martyrum) tetapi di dalam Sacra Mentarium Leoniam (buku Ritus Misa yang digubah oleh Paus St Leo yang juga disebut Sacramentarium Veronense), sebuah koleksi misa di akhir abad V terdapat lima perayaan misa untuk menghormati Santa Caecilia. (sacram. Leon., ed. Muratori in opera, XIII, I, 737, sqq. Published Arezzo th 1771). Hal ini menunjukkan bahwa Santa Caecilia sangat dihormati saat itu oleh gereja Roma.

Kira-kira pertengahan abad V kisah (vita) dari kemartiran Santa Caecilia mulai digubah. Kisah kemartiran ini diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Di dalam kisah kemartiran ini diceritakan bahwa Santa Caecilia adalah seorang perawan suci anak dari keluarga senator (petinggi Romawi) dan sudah menjadi Kristen sejak kecil, dan dijodohkan oleh orang tuanya kepada seorang bangsawan muda yang baik hati bernama Valerianus. Namun demikian Valerianus adalah seorang kafir. Tetapi setelah pesta pernikahan, ketika kedua mempelai masuk ke dalam kamar pengantin, Caecilia menyatakan kepada Valerianus bahwa ia telah ditunangkan kepada seorang malaikat yang dengan penuh kecemburuan menjaga kesucian tubuhnya. Ia memohon kepada Valerianus untuk menjaga kesucian dan keperawanannya.

Valerianus sangat ingin bertemu dengan malaikat ini. Oleh karenanya Caecilia menyuruh Valerianus pergi ke rumah ketiga di jalan Via Appia. Di sana Valerianus bertemu dengan Paus Santo Urbanus. Valerianus mendengar seluruh ajaran Kristiani yang diajarkan oleh Paus Urbanus dan memohon untuk dibaptiskan saat itu juga. Dan ketika kembali menjumpai Caecilia ia sudah menjadi seorang Kristen. Pada saat itu juga langit terbuka dan seorang malaikat turun dari surga dan memahkotai Valerianus dan Caecilia dengan mahkota bunga mawar dan bunga bakung. Dengan penuh kuasa Roh Kudus Valerianus mendatangi adiknya, Tiburtius dan menobatkannya menjadi seorang Kristen.

Ketiganya, dengan semangat iman, membagikan hartanya kepada orang-orang miskin serta tanpa sembunyi-sembunyi menguburkan para martir yang dibunuh karena tidak mau menyangkal Kristus. Hal ini membuat marah penguasa setempat yang bernama Turcius Almachius. Segera ia menghukum Tiburtius dan Valerianus dengan hukuman mati. Turcius memerintahkan algojo istana yang bernama Maximus untuk membunuh mereka. Tetapi Santa Caecilia malah menobatkan Maximus menjadi Kristen yang akhirnya dipenggal bersama-sama dengan mereka. Tubuh mereka dikuburkan oleh Santa Caecilia di dalam satu kuburan.

Sekarang kemarahan Turcius ditujukan kepada Santa Caecilia. Mengetahui bahwa dirinya akan mengalami nasib yang sama dengan suaminya, ia mewasiatkan kepada sanak keluarganya untuk membuat rumahnya menjadi gereja Roma. Ketika diadili ia dengan sangat fasih dan dengan penuh keagungan menyatakan iman kepada Kristus. Turcius menjatuhkan hukuman agar ia dihukum dengan disekap di pemandian uap keluarganya sendiri agar ia kehabisan napas. Tetapi ia ditemukan tidak terluka sedikitpun di dalam ruangan tersebut. Turcius memerintahkan agar ia dipenggal di tempat. Ketika algojo mengayunkan pedangnya tiga kali, kepala Santa Caecilia tidak dapat terputus dari badannya. Hal ini membuat algojo tersebut ketakutan dan lari tunggang langgang. Walaupun mengalami luka yang cukup parah, Santa Caecilia masih bertahan hidup selama tiga hari untuk melayani kebutuhan orang-orang miskin dengan kekayaannya. Sesuai dengan wasiatnya, ia ingin agar Santo Urbanus membuat rumahnya menjadi gereja. Santo Urbanus memakamkan Santa Caecilia di samping para uskup, martir dan para pengaku iman lainnya di katakombe Kallistus.

Sepintas cerita ini tidak mempunyai nilai sejarah dan hanya sekedar sebuah Roman yang saleh sebagaimana banyak kisah-kisah lain yang dikumpulkan pada abad V dan VI. Tetapi keberadaan dari para martir di atas merupakan fakta sejarah yang nyata. Hubungan antara Santa Caecilia dengan Santo Valerianus, Santo Tiburtius dan Santo Maximus dinyatakan di dalam vita mempunyai dasar-dasar sejarah. Ketiga martir ini dikuburkan di katakombe Praetextatus di jalan Appia dan kuburan mereka disebutkan di dalam petunjuk-petunjuk kuno bagi para peziarah. Di dalam Martyrologium Hieronymianum ketiga martir ini dirayakan pada tanggal 14 April dengan Noktah Romae Via Appia in Cimiterio Praetextati dan perayaan oktaf (hari ke delapan) dirayakan tanggal 21 April dengan Noktah Romae in Cimiterio Calesti Via Appia. Menurut para ahli perayaan hari ke delapan ini biasanya dirayakan di katakombe Kallistus, hal ini disebabkan karena Santa Caecilia dimakamkan di sana. Apabila Martyrologium ini lebih tua daripada vita Santa Caecilia maka oktafnya tidak akan dirayakan. Tetapi pesta hari ke delapan ini merujuk kepada vita Santa Caecilia sehingga perayaannya diadakan di kuburan Santa Caecilia.

Waktu dimana Santa Caecilia menerima mahkota kemartiran tidak diketahui. Penyebutan Paus Urbanus di dalam vita tersebut tidak dapat disimpulkan kapan vita tersebut mulai dikomposisikan. Pengarang vita hanya mengenalkan Urbanus yang makamnya berdekatan dengan makam para martir yang lain serta mengenalkannya sebagai seorang Paus. Pengarang Liber Pontifikalis ini menggunakan vita Santa Caecilia untuk menjelaskan tentang keberadaan Paus Santo Urbanus. Vita ini juga tidak menyebutkan waktu dari kemartiran Santo Urbanus. Venantius Fortunatus serta Ado, ahli sejarah pada masa tersebut menaruh waktu kematian Santa Caecilia pada pemerintahan kaisar Markus Aurelius dan Commodus tahun 177 dan hal ini telah dibuktikan oleh kebanyakan ahli. Tetapi di dalam Synaxaria dari gereja Orthodox menempatkan Santa Caecilia dibunuh pada pemerintahan Diocletianus. Sedangkan sebagian ahli protestan menempatkannya pada masa pemerintahan Alexander Severus tahun 229-230. Satu-satunya hal yang mengindikasikan waktu adalah penempatan kuburan di dalam katakombe Kallistus dimana kuburannya bersebelahan secara langsung dengan kuburan kuno dari para Paus Suci dimana Santo Urbanus, Santo Pontianus, dan Santo Anterus dikuburkan. Bagian awal katakombe ini berisi kuburan para martir dari akhir abad II dan diteruskan sampai pertengahan abad III dimana terdapat kuburan Santa Caecilia.

Pada tahun 821 Gereja Santa Caecilia dibangun kembali oleh Paus Paschal I (817-824). Di gereja ini Paus Paschal membuat sebuah mozaik indah besar di atas altar/panti imam (Lihat gambar). Paus Paschal I ingin memindahkan relikwi Santa Caecilia ke dalam gereja tersebut. Tetapi ia tidak dapat menemukannya dan ia percaya bahwa relikwinya telah dicuri oleh bangsa Lombardia. Di dalam sebuah penglihatan Santa Caecilia menampakkan diri dan mendorong Paus Paschal I untuk melanjutkan pencariannya, serta ia juga menyatakan bahwa kuburannya tidak jauh dari makamnya. Paus Paschal I mulai mencari lagi dan menemukan tubuh Santa Caecilia masih utuh dan awet, memakai pakaian kain mahal dengan benang emas murni (yang menunjukan bahwa ia dari golongan berada di Roma) dan masih bisa dilihat kain pengikat masih terdapat bekas darahnya. Relikwi ini justru ditemukan di dalam katakombe Praetextatus. Menurut catatan sejarah yang ditemukan menyatakan bahwa ia dipindahkan dari katakombe Kallistus ketika bangsa Lombardia menyerbu Roma. Oleh Paus Paschal I, relikwi Santa Caecilia, Santo Valerianus, Santo Tiburtius, Santo Maximus, Santo Urbanus dan Santo Lucius (penerus Urbanus) dikubur di bawah altar gereja Santa Caecilia yang masih ada sampai saat ini.

Paus Paschal I mendirikan sebuah biara di dekat Gereja Santa Caecilia dan menugaskan para biarawan untuk menyanyikan ibadat harian di dalam gereja ini. Mulai saat itu devosi terhadap Santa Caecilia menjadi besar dan banyak gereja didedikasikan kepadanya. Pada tahun 1599 gereja ini direstorasi dan pada penyelidikan yang diadakan oleh Kardinal Sfondrato, di bawah altar ditemukan kembali tubuh Santa Caecilia, dalam keadaan utuh. Penemuan ini menggemparkan seluruh kota Roma, sehingga Paus Klemens VIII dan seluruh penduduk Roma datang berduyun duyun melihat keajaiban ini. Tubuh Santa Caecilia ditemukan tergeletak masih berjubahkan pakaian emas murni yang sama ketika ia diketemukan tahun 821 oleh Paus Paschal. Paus Klemens VIII menugaskan seorang seniman pemahat Barok terkenal bernama Stefano Maderno, untuk memahat patung Santa Caecilia dengan posisi sebagaimana ia diketemukan. Patung ini sekarang berada di dalam gereja tersebut. Belum lama ini diadakan lagi penggalian yang dilakukan oleh Kardinal Rampolla dan ditemukan sebuah kapel kuno di bawah lantai di tengah gereja yang berisi tulang-tulang dari martir-martir tersebut dan juga ditemukan bekas tempat mandi uap dimana menurut vita adalah tempat Santa Caecilia dihukum mati.

Gambar-gambar tertua dari Santa Caecilia digambarkan sebagaimana martir-martir Kristen di abad pertama yaitu dengan memegang mahkota kemartiran atau dalam posisi oranta (menengadahkan tangan dalam posisi berdoa). Di dalam gerejanya di Trastevere terdapat sebuah mozaik yang dibuat atas dasar perintah Paus Paschal I dimana ia digambarkan mengenakan pakaian sebagaimana layaknya wanita kaya ia dianggap sebagai pelindung para Paus. Pada abad pertengahan Santa Caecilia mulai digambarkan sedang bermain sebuah organ (gambar-gambar Orang Kudus abad 14 dan 15). Hal ini disebabkan oleh penggambaran Santa Caecilia di dalam beberapa Panegiria (homili pujian bagi seseorang yang telah meninggal dunia) dan puisi yang berdasarkan vita kemartiran Santa Caecilia dimana dikatakan ‘Cantatibus organis illa incorde suo soi Domino decantaba’, yang berarti ‘ketika para pemusik mulai memainkan alat musiknya pada pesta pernikahannya ia hanya bernyanyi dalam hatinya kepada Allah semata’. Kemungkinan besar kata cantatibus organis diinterpretasikan sebagai Santa Caecilia pemain organ. Oleh karena inilah Santa ini mempunyai hubungan yang dekat dengan musik.

Ketika Tahta Kepausan mendirikan sebuah Akademi Musik Pontifical tahun 1584, Santa Caecilia diangkat sebagai pelindung dari institusi Pontifical ini. Oleh karena hal inilah penghormatan Santa Caecilia sebagai pelindung musik gereja menjadi umum dan universal dan sekarang organisasi dan komunitas musik bertebaran dimana-mana dengan menggunakan nama Santa Caecilia. Kesalahan ini juga ditambah oleh banyak seniman gereja seperti Raphael yang mulai menggambarkan dia dengan sebuah organ.

Walaupun cenderung kurang dikenal dibandingkan dengan Santa Caecilia, sebenarnya pelindung paduan suara gereja adalah Santo Romanos Melodus yang hidup sekitar tahun 560 Masehi. Melodus adalah sebuah julukan yang diberikan kepada Santo ini yang berarti si pembuat melodi. Santo Romanos adalah seorang Diaken dari Kota Konstantinopel, orang tuanya berasal dari Syria. Ia dikenal sebagai seorang penggubah puisi liturgis yang biasa disebut dengan Kontakion, Gubahan-gubahannya berisi homili serta ulasan teologis yang sangat dalam, tetapi bisa dinyanyikan. Karya-karyanya masih dinyanyikan pada kabanyakan Gereja Timur. Gubahan lagu agungnya yang paling terkenal adalah Akathist bagi Bunda Maria. Menurut tradisi Gereja, Santo Romanos menggubah kidung Akathist ini saat kota Konstantinopel disergap dari berbagai penjuru oleh Bangsa Slavia, dimana ia melihat Bunda Maria menampakan diri dan menebar kerudungnya melindungi kota Konstantinopel. Menurut catatan sejarah, Bangsa Slavia didapati lari tunggang langgang dari Kota Konstantinopel tanpa sebab yang jelas. Oleh karena karya musik vokalnya, Santo Romanos Melodus diangkat oleh Gereja sebagai pelindung dari paduan suara Gereja.

Ditulis oleh David Gozali

Daftar Pustaka:
1. Cross, F.L.; The Oxford Dictionary of the Christian Church ; Oxford University press 1997.
2. Makarios of Simonos Petra, Hieromonachos; The Synaxarion Volume II, Holy Convent the Annunciation of Our Lady Ormylia 1999.
3. Heuken, Adolf SJ; Ensiklopedi Orang Kudus; Yayasan Cipta Loka Caraka 2002.
4. Heuken, Adolf SJ; Ensiklopedi Gereja; Yayasan Cipta Loka Caraka 2002.
5. Bender Terry; St. Cecilia Virgin and Martyr, Panaghia Hagiographia Press 2002.
6. Voragine de, Jacobus & Caxton, William Golden Legend , Princeton University Press 1990.
7. Englebert, Omer; The Lives of the Saints, Penguin Books 1995.

No comments: